Kompleks Kraton Ratu Boko
Alamat : Jl. Raya Jogja - Solo, Prambanan, Sleman
Menurut catatan Van Boeckholtsz tahun 1970, petilasan Ratu Boko pernah didiami oleh raja-raja. Meski tidak di ketahui secara pasti kapan waktu yang pasti didirikannya kompleks keraton ratu boko ini. Akan tetapi berdasarkan dataepigrafi dan data artifaktual keraton ratu boko diperkirakan berdiri antara abad 8-9 M. Merujuk empat buah prasasti yang berhasil ditemukan disana. Prasasti pertama yang tidak mencantumkan tahun menceritakan tentang peresmian sebuah bangunana suci untuk Kamalpani (Bodisatwa Awalokitesywara). Perasasti kedua berangka tahun 778 Caka. Mengisahkan pendirian lingga oleh Sri Kumbhaja. Raja yang sama pada Caka yang sama pula, menurut prasasti ke tiga mendirikan Tryambaka lingga. Sayangnya pada prasasti keempat yang memuat tentang pendirian Heralingga oleh kalasodhawa, tidak menyebutkan tahun berdirinya. Selain empat buah prasasti terdsebut terdapat pula pecahan- pecahan gerabah disekitar petilasan yang mengambarkan kelangsungan hidup petilasan Ratu Boko. Pecahan gerabah tersebut berdasarkantypologinya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang pertama berdasarkan fragmen grabahnya germasuk golongan tertua yang diperkirakan sejaman dengan prasasti-prasasti ratu Boko, yang kedua diperkirakan sejaman dengan bangunan candi yang ada dan yang ketiga lebih muda dari sebelumnya.. Diperkirakan berasal dari periode jawa tengah akhir. Selain itu ditemukan pula pecahan keramik dari dinasti Tang pada 10 M.
Menurut catatan Van Boeckholtsz tahun 1970, petilasan Ratu Boko pernah didiami oleh raja-raja. Meski tidak di ketahui secara pasti kapan waktu yang pasti didirikannya kompleks keraton ratu boko ini. Akan tetapi berdasarkan dataepigrafi dan data artifaktual keraton ratu boko diperkirakan berdiri antara abad 8-9 M. Merujuk empat buah prasasti yang berhasil ditemukan disana. Prasasti pertama yang tidak mencantumkan tahun menceritakan tentang peresmian sebuah bangunana suci untuk Kamalpani (Bodisatwa Awalokitesywara). Perasasti kedua berangka tahun 778 Caka. Mengisahkan pendirian lingga oleh Sri Kumbhaja. Raja yang sama pada Caka yang sama pula, menurut prasasti ke tiga mendirikan Tryambaka lingga. Sayangnya pada prasasti keempat yang memuat tentang pendirian Heralingga oleh kalasodhawa, tidak menyebutkan tahun berdirinya. Selain empat buah prasasti terdsebut terdapat pula pecahan- pecahan gerabah disekitar petilasan yang mengambarkan kelangsungan hidup petilasan Ratu Boko. Pecahan gerabah tersebut berdasarkantypologinya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yang pertama berdasarkan fragmen grabahnya germasuk golongan tertua yang diperkirakan sejaman dengan prasasti-prasasti ratu Boko, yang kedua diperkirakan sejaman dengan bangunan candi yang ada dan yang ketiga lebih muda dari sebelumnya.. Diperkirakan berasal dari periode jawa tengah akhir. Selain itu ditemukan pula pecahan keramik dari dinasti Tang pada 10 M.
Keraton Ratu Boko terletak di Bukit Boko, 19 kilometer ke arah timur dari kota Jogja (menuju ke arah Wonosari) dan 2 kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan. Dilihat dari lokasinya yang berupa dataran tinggi, kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah pemandangan yang cukup memukau; sejauh mata memandang akan terlihat Candi Prambanan dan Candi Kalasan di arah utara dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.
Selain itu, di arah selatan, samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan. Kompleks Ratu Boko awalnya adalah sebuah wihara untuk pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri. Selanjutnya pada tahun 856 M, kompleks tersebut difungsikan sebagai Kraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini. Unsur Hindu dapat dilihat melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesha dan Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantera agama Hindu. Sedangkan unsur Buddha dapat dilihat dari adanya arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai kraton karena memang disinggung dalam prasasti dan juga karena kemiripannya dengan gambaran sebuah kraton. Dalam kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya, disebutkan bahwa kraton merupakan Kompleks bangunan yang dikelilingi pagar bergapura, di dalamnya kraton erdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan dan di luar kraton terdapat alun-alun.
Selain itu, di arah selatan, samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan. Kompleks Ratu Boko awalnya adalah sebuah wihara untuk pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri. Selanjutnya pada tahun 856 M, kompleks tersebut difungsikan sebagai Kraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini. Unsur Hindu dapat dilihat melalui yoni, tiga miniatur candi, arca Ganesha dan Durga, serta lempengan emas dan perak bertuliskan mantera agama Hindu. Sedangkan unsur Buddha dapat dilihat dari adanya arca Buddha, reruntuhan stupa, dan stupika.Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai kraton karena memang disinggung dalam prasasti dan juga karena kemiripannya dengan gambaran sebuah kraton. Dalam kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya, disebutkan bahwa kraton merupakan Kompleks bangunan yang dikelilingi pagar bergapura, di dalamnya kraton erdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan dan di luar kraton terdapat alun-alun.
Adanya sejumlah umpak serta batur-batur dari batu andesit di Kompleks ini, mengindikasikan bahwa dahulu bangunan yang berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu. Berdasarkan letaknya, bangunan di kompleks Ratu Boko dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu kelompok barat, tenggara, dan timur. Bangunan tersebut terletak pada teras-teras yang dibuat pada punggung hingga puncak bukit, dengan halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung. Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan, miniatur candi, tembok keliling, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk (bedrock). Bangunan kelompok timur meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon.
Untuk mengundang wisatawan dan menambah aset wisata lanjutnya, kawasan Ratu Boko sejak 15 Oktober 1996 dibangun dan direnovasi. Dan pada 10 April 1997.
Untuk mengundang wisatawan dan menambah aset wisata lanjutnya, kawasan Ratu Boko sejak 15 Oktober 1996 dibangun dan direnovasi. Dan pada 10 April 1997.